Dead End

Kuusap peluh didahiku, tanganku meremas pensil hijau untuk ujian, kugemeretakkan gigiku, bibirku merapalkan umpatan-umpatan kasar, kuacak rambutku yang memang sudah berantakan, kutengok sekeliling, siswa lain tak ubahnya diriku, terpaku pada kertas dimejanya, kuratapi kertas busuk dimejaku, kubanting pelan pensilku, kubenamkan kepalaku dalam lipatan tangan, kuhempaskan nafas panjang mengiringi peluhku yang melebur dalam gelap.
Aku takut.
Ya, aku takut menghadapi semua ini.
Ayah, beliau kemarin terhenyak diam. Menahan amarah yang memuncak, kutatap tinta merah dikertas yang kudekap, kugigit keras bibirku, sedikit lebam, namun apalah artinya? Sial! Umpatku, bila makhluk bernama ‘guru’ itu menorehkan tinta-tinta merah iblis itu lagi disetiap hasil ulanganku, aku akan kehilangan semuanya. Handphone, Laptop, Buku
Aku terkikik. Gila. Ya, aku bisa gila.
Sekalipun terperangkap dalam titik terbeku diruang penentuan nasib ini, keringatku masih menetes—keringat dingin. Dengan rasa muak yang hambir membuncah, kuhitamkan lembar jawaban itu, mati! Mati kau semua! Waktu tidurku yang memang sudah sedikit kukorbankan demi ujian keparat ini, tapi apa yang kudapatkan? Tinta merah yang selalu setia berada dipojok kiri kertasku, semakin menghantuiku, terpuruk.
        Kutendang pelan mejaku, Galih Yoganingwang, kakak kelas disebelahku, menoleh 90 derajat kearahku, kutatap wajahnya dengan malas, pucat—wajahnya pucat sekali, apa aku juga sepucat itu? Kuraba wajahku. Dingin. Aku tertawa kecil, bisanya aku positif menoreh nilai sempurna dalam rapot fisikaku semalam, menggelikan pikirku dalam hati.
        Kuberikan hasil kerjaku yang sia-sia pada pengawas ujian, para siswa menatapku terkesiap, lalu berbisik-bisik sebentar dan kemudian kembali berpeluh ria dengan kertas soal keparat itu, aku melangkah meninggalkan ruangan, tersenyum merasa lucu, mereka berpikir aku berhasil menyelesaikan ujian dengan sukses, ah, persetan dengan semua itu, yang penting aku bisa keluar dari ruangan suram itu, kubuka catatan untuk ujian selanjutnya. I’m ready for another DEAD END.

Posting Komentar